MAKALAH
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DISUSUN
OLEH:
NAMA - EKA NURMAIDA (20118300963)
-
ANA MASFUFAH (20118300700)
-
DEVI ARYANTI (20118300959)
-
DWI RAHAYU (20118300967)
-
NURKAMALIAH (20118300960)
PROGRAM STUDI :
MATEMATIKA
DOSEN : DRS. SUGENG RIYANTO,
MPd.
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP KUSUMA
NEGARA
JAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah
di berikan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam metode
yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran
tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur
buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media
massa/internet. Dan diskusi
mengenai masalah yang dibahas dengan teman-teman.
Namun,
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, mungkin akan banyak di temukan oleh
pembaca yang amat luas mengetahui sejarah islam pada masa Rosulullah SAW
tentunya. Maka dengan itu, kami minta maaf apabila dalam penyusunan makalah
ini, bnayak kekurangannya, tetapi kami berharap, seberapa kecil ilmu yang kami
tuangkan ke dalam susunan makalah ini, akan bisa bermanfaat untuk kita semua.
Dan
tentunya, terima kasih saya ucapkan untuk semua pihak yang telah membantu saya
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga dalam isi makalah ini,
dapat memberikan motifasi untuk kita, dalam meningkatkan tingkat keimanan serta
ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Jakarta,
September 2012
Penyusun
Eka Nurmaida, dkk
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………….
i
Daftar Isi …………………………………….ii
Bab I
Pendahuluan …………………………………….
1
1.1. Latar
Belakang Masalah …………………………………….
1
1.2. Tujuan Penulisan …………………………………….
2
Bab II
Riwayah Hidup nabi Muhammad SAW .………………………………….
3
A.
Arab Sebelum Islam …………………………………….
3
B.
Riwayat Hidup Nabi Muahmmad, dakwah, dan
Perjuangan …...………...4
C.
Umar bin Khatab ……………………………………. 7
D.
Sejarah Masuk Islamnya Umar bin
Khatab ....……………………………. 9
E.
Sejarah Umar bin Katab Menjadi
Khalifah ……………………………….13
F.
Menengok Kembali Kepemimpinan Umar bin
Khatab …………………..17
G.
Wafatnya Umar bin Khatab …………………………………….20
H.
Sejarah Lahirnya Islam di Indonesia ……………………………………. 23
I.
Proses masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia …………………. 24
J.
Kapan
dan Dari Mana Islam Masuk di Indonesia ……………………….. 28
Bab III
Penutup
Kesimpulan ……………………………………
30
Saran ……………………………………
31
Daftar
Pustaka ……………………………………
32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kajian tentang “peradaban”
Islam sekarang ini memang sudah menganut pendapat bahwa kebudayaan islam tidak
lagi satu, tetapi sudah terdapat beberapa “peradaban” Islam. Akan tetapi,
tampaknya “peradaban-peradaban” Islam yang disorot dalam kajian-kajian Islam
sampai waktu belum lama ini hanya terbadatas pada empat “peradaban” Islam yang
dominan.
Di
dalam buku ini, meski kajian sejarah Islam di Indonesia mendapat porsi yang
besar, tetapi terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dala satu kesatuan kajian
sejarah peradana Islam.
Pembahasan
sejarah perkembangan peradaban Islam yang sangat panjang dan luas itu tidak
bisa dilepaskan dari pembahasan sejarah perkembangan politiknya. Bukan saja
karena persoalan-persoalan politik sangat menentukan perkembangan aspek-aspek
peradaban tertentu seperti akan terlihat dalam pembahasan buku ini, tetapi
terutama karena system politik dan pemerintahan itu sendiri merupakan salah
satu aspek penting dari peradaban, sebagaimana disebutkan.
Periodisasi
tersendiri bagi sejarah islam di Indonesia menunjukan bahwa ia belum terkait
erat dan menyatu dalam kajian sejarah dunia Islam.
Akan
tetapi, perkembangan sejarah Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia tampak
memang khas Asia Tenggara. Ia tumbuh dan berkembang secara damai melalui duina
perdagangan. terlepas dari campur tangan kerajaan-kerajaan besar Islam di Timur
Tengah atau kawasan lainnya. Oleh karena itu, kebudayaan dan peradabannya juga
khas Indonesia.
1.2 Tujuan Penulisan
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para
Sahabat adalah merupakan Agam Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat
bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya
yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat,
terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan
Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang
kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam.
Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang
sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai
agama Tauhid yang diridhoi.
Dalam makalah ini, kami akan berusaha
menjelaskan sebagian tentang perkembangan islam pada zaman Rosulullah SAW serta
para penerus perjuangan perluasan agama islam ini, termasuk pada masa khalifah
Umar bin Khatab.
Untuk
itu, saya berharap semoga apa yang kami tulis bisa bermanfaat bagi kita semua,
serta umat muslim di seluruh dunia.
Amin.
BAB
II
Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW
A. Arab
Sebelum Islam
Ketika nabi Muhammad SAW lahir
(570 M) Makkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara
kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota
ini dilalui jalur perdagangan yanag ramai, menghubungkan Yaman di selatan da
Syria di utara. Dengan adanya Ka’bah ditengah kota, Makkah menjadi pusat
keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Didalamnya terdapat 360
berhala, mengelilingi berhala utama, hubal, Makkah kelihatan makmur dan kuat.
Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat
jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Biasanya dala membicarakan
wilayah geografis yang didaiami bangsa Arab sebelum Islam, orang membatasi
pembicaraan hanya pada jazirah Arab, padahal bangsa Arab juga mendiami
daerah-daerah desekitar jaizirah. Jaizirah Arab memang merupakan kediaman
mayoritas bangsa Arab kala itu.
Jazirah
Arab terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir,
yang sebagian besarnya adalah padang pasir Sahara yang terletak ditengah dan
memilki keadaan dan sifat yang berbeda-beda,
Penduduk
Sahara sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui yang mempunyai gaya hidup
pedesaan dan nomadic, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari
air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka, kambing dan onta.
Adapun
daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan selembar
pita yang mengelilingi jazirah.
Pendukduk sudah hidup menetap dengan
mata pecaharian bertani dan berniaga. Karena itu, mereka sempat membina
berbagai macam budaya, bahkan kerajaan.
Masyarakat baik nomadik maupun yang
menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas social
berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok
beberapa keluarga membentuk kabilah (clan),
beberapa kelompok kabilah membentuk suku (tribe)
dan dipimpin oleh seorang Syaikh.mereka sangat menekankan hubungan kesukauan,
sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu
kabilah atau suku.
Mereka suka berperang, karena itu
peperangan antarsuku sering sekali terjadi, sikap ini tampaknya telah menjadi
tabiat yang mendarah daging dala diri orang Arab.
Dalam masyarakat yang suka berperang
tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah, dan situsi seperti ini terus
berlangsung sampai agama Islam lahir. Dunia Arab ketika itu merupakan kencah
peperangan terus menerus. Akibat peperanagn ini, kebudayaan mereka tidak
berkembang.
B. Riwayat
Hidup Nabi Muhammad, Dakwah, dan Perjuangan
1. Sebelum
Masa Kerasulan
Nabi
Muahmmad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang
jabatan Siqayah. Nabi Muahmmad
lahir dari keluarga terhormat yang relative miskin, ayahnya bernama Abdullah
anak Abdul Muthalib seorang kepala suku Quaisy yang besar penagruhnya, ibunya
dalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.
Tahun kelahiran nabi dikenal dengan tahun gajah (570
M) dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan
habsyi (Ethopia), dengan menunggang gajah menyerbu Makkah untuk menghancurkan
Ka’bah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya
meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian
diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam asuhannya Muhammad
dibesarkan sampai usia 4 tahun dan setelah itu kurang lebih dua tahun dia
berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia 6 tahun, dia menjadi yatim
piatu.
Setelah
Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat
Muhammad, namun 2 tahun kemudian, Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta
dan tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib.
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala
kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan pengembalaan
ini dia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Perenungan ini membuatnya
jauh dari segala pemikiran hawa nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari
berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia sudah
dijuluki al-amin, orang yang
terpercaya.
Pada usia yang kedua puluhlima, Muahmmad berangkat
ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah
menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar,
Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera
dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.
Dalam perkembanagn selanjutnya, Khadijah adalah
wanita pertama yang masuk islam dan banyak membantu nabi dalam perjuangan
membantu Islam.
Perkawinannya itu dikaruniai 6 orang anak, 2 putra
dan 4 putri, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah,
kedua putranya meninggal waktu kecil, dan nabi tidak menikah lagi sampai
Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.
1. Masa
Kerasulan
Menjelang
usianya yang ke 40, dia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegaulan
masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di utara Makkah.
Disana Muhammad mula-mula bertafakur, dan pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M,
malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah SWT yang pertama
: “Bacalah dengan nama tuhanmu yang
mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
tuhanmu itu maha mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar
manusia apa yang tidak mereka ketahui” (QS. 96; 1-5).
Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad
telah dipilih tuhan sebagai nabi, tapi ini belum diperintahkan untuk menyeru
manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama itu dating, Jibril tidak muncul
lagi untuk beberapa lama, sementara nabi Muhammad menantikannya dan selalu
dating ke gua Hira’. Dalam keadaan menanti itulah, turun wahyu yang membawa
perintah kepadanya.
Wahyu itu berbunyi sebagai berikut “ Hai orang yang berselimut, bangun dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu,
tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau member (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) tuhanmu
bersabarlah” (QS. Al-Muddatsir: 1-7)
C. Umar bin Khattab
Umar bin
Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin
Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر
ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad
yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644).
Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan
sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah
dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku
terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh
Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang
diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa
memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam
keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu
merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat
dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk
Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk
Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah
saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari
pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah
Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya
saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku
menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir
janggutku".
Umar juga dikenal sebagai
seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam,
Umar suka meminum anggur.
Setelah menjadi seorang Muslim,
ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum
diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas
D. Sejarah Masuk Islamnya Umar bin Khatthab
Kita ketahui sebelumnya bahwa
Umar bin Khatthab dilahirkan di Mekkah dari keturunan suku Quraish yang
terpandang dan terhormat. Nabi 'alaihis-salam memang ingin sekali Islam dapat
diperkuat dengan orang yang kuat dan berani, yang tidak takut menghadapi
musuh dalam membela akidah. Lalu Nabi Muhammad berdoa :
"'Ya Allah, perkuat Islam dengan Abul-Hakam bin
Hisyam atau Umar bin al-Khattab."
Umar adalah laki-laki berwajah keras, kasar mulut dan keras kepala.
la tidak peduli dan tidak gentar menghadapi perang. Sedang Umar sudah
kita lihat sendiri. Keislaman keduanya jelas akan memperkuat Islam, dan
banyak yang akan mereka lindungi dari penganiayaan. Tetapi Abul-Hakam
seperti sudah disebutkan di atas banyak terpengaruh oleh faktor
persaingan antarkeluarga, sehingga untuk beriman kepada agama yang
dibawa oleh Muhammad bukan soal mudah.
Umar adalah seorang Seorang pemuda yang gagah perkasa
berjalan dengan langkah yang mantap mencari Nabi hendak membunuhnya. Ia sangat
membenci Nabi, dan agama baru yang dibawanya. Di tengah perjalanan ia bertemu
dengan seseorang yang bernama Naim bin Abdullah yang menanyakan tujuan
perjalanannya tersebut. Kemudian diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek,
Naim mengatakan agar ia lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri
terlebih dahulu.
Maka ia pun mendatangi Muhammad yang sedang berada
di tengah-tengah para sahabatnya di Darul Arqam di Safa, atau
mengikutinya dalam perjalanan pulang dari tempat ia salat di Ka'bah ke rumahnya.
Setelah ditanya oleh Rasulullah: Apa maksud
kedatanganmu?! Tanpa ragu ia menjawab: "Kedatangan saya hendak
beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah.
Sebelum ia datang ke Nabi Muhammad Saw, salah satu sebab Umar bin Khatthab
masuk islam. Sumber-sumber menyebutkan bahwa Umar memang sangat sedih karena
sesama anggota masyarakatnya telah pergi meninggalkan tanah air," sesudah
mereka disiksa dan dianiaya. Selalu ia memikirkan hendak mencari jalan untuk
menyelamatkan mereka dari keadaan demikian. Ia berpendapat keadaan ini baru
akan dapat diatasi apabila ia segera mengambil tindakan tegas. Ketika itulah ia
mengambil keputusan akan membunuh Muhammad. Selama ia masih ada, Kuraisy tak
akan bersatu. Suatu pagi ia pergi dengan pedang terhunus di tangan hendak
membunuh Rasulullah dan beberapa orang sahabatnya yang sudah diketahuinya
mereka sedang berkumpul di Darul Arqam di Safa.
Jumlah mereka hampir empat puluh orang laki-laki dan
perempuan. Sementara dalam perjalanan itu ia bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah
yang laiu menanyakan: "Mau ke mana?" dan dijawab oleh Umar:
"Saya sedang mencari Muhammad, itu orang yang sudah meninggalkan
kepercayaan leluhur dan memecah belah Kuraisy, menistakan lembaga hidup kita,
menghina agama dan sembahan kita. Akan saya bunuh dia!". "Anda menipu
diri sendiri, Umar. Anda kira Abdu-Manaf akan membiarkan Anda bebas berjalan di
bumi ini jika sudah membunuh Muhammad? Tidakkah lebih baik Anda pulang dulu
menemui keluargamu dan luruskan mereka!" "Keluarga saya yang
mana?" tanya Umar. Kawannya itu menjawab: "Ipar dan sepupu Anda Sa'id
bin Zaid bin Amr, dan adikmu Fatimah binti Khattab. Kedua mereka sudah masuk
Islam dan menjadi pengikut Muhammad. Mereka itulah yang harus Anda
hadapi."
10
Umar kembali pulang hendak menemui adik perempuannya dan Iparnya dengan
kemarahan. Ketika itu di sana Khabbab bin al-Arat yang sedang memegang
lembaran-lembaran Qur'an membacakan kepada mereka Surah Toha. Begitu mereka
merasa ada Umar datang, Khabbab bersembunyi di kamar mereka dan Fatimah
menyembunyikan kitab itu. Setelah berada dekat dari rumah itu ia masih
mendengar bacaan Khabbab tadi, dan sesudah masuk langsung ia menanyakan:
"Saya mendengar suara bisik-bisik apa itu?" "Saya tidak
mendengar apa-apa," Fatimah menjawab. "Tidak!" kata Umar lagi,
"Saya sudah mendengar bahwa kamu berdua sudah menjadi pengikut Muhammad
dan agamanya!" Ia berkata begitu sambil menghantam Sa'id bin Zaid
keras-keras.
Fatimah, yang berusaha hendak melindungi suaminya, juga
mendapat pukulan keras. Melihat tindakan Umar yang demikian, mereka berkata:
"Ya, kami sudah masuk Islam, dan kami beriman kepada Allah dan kepada
Rasul-Nya. Sekarang lakukan apa saja sekehendak Anda!" Melihat darah di
muka adiknya itu Umar merasa menyesal, dan menyadari apa yang telah
diperbuatnya. "Ke marikan kitab yang saya dengar kalian baca tadi,"
katanya. "Akan saya lihat apa yang diajarkan Muhammad!" Fatimah
berkata: "Kami khawatir akan Anda sia-siakan." "Jangan
takut," kata Umar. Lalu ia bersumpah demi dewa-dewanya bahwa ia akan
mengembalikannya bilamana sudah selesai membacanya. Lalu Umar membaca Surah
At-Toha yang dibaca oleh adiknya :
"Bahwa ini sungguh perkalaan Rasul yang mulia. Itu bukanlah perkataan
seorang penyair; sedikit sekali kamu percaya!"
"Juga bukan perkataan seorang peramal; sediklt
sekali kamu mau menerima peringatan. (lni adalah wahyu) yang diturunkan dari
Tuhan semesta alam. Dan kalau dia mengada-adakan perkataan atas nama Kami,
pasti Kami tangkap dia dengan tangan kanan, kemudian pasti Kami potong pembuluh
jantungnya. Maka tak seorang pun dari kamu dapat mempertahankannya."
Kitab itu diberikan oleh Fatimah. Sesudah sebagian dibacanya, ia berkata:
"Sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini!" Mendengar kata kata
itu Khabbab yang sejak tadi bersembunyi keluar dan katanya kepada Umar:
"Umar, demi Allah saya sangat mengharapkan Allah akan memberi kehormatan
kepada Anda dengan ajaran Rasul-Nya ini. Kemarin saya mendengar ia berkata:
'Allahumma ya Allah,
perkuatlah Islam dengan Abul-Hakam bin Hisyam atau dengan
Umar bin Khattab.' Berhati-hatilah, Umar!'" Ketika itu Umar berkata:
"Khabbab, antarkan saya kepada Muhammad. Saya akan menemuinya dan akan
masuk Islam," dijawab oleh Khabbab dengan mengatakan: "Dia dengan
beberapa orang sahabatnya di sebuah rumah di Safa." Umar mengambil
pedangnya dan pergi langsung mengetuk pintu di tempat Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya berada.
Mendengar suaranya, salah seorang di antara mereka mengintip dari celah pintu.
Dilihatnya Umar yang sedang menyandang pedang. ia kembali ketakutan sambil
berkata: "Rasulullah, Umar bin Khattab datang membawa pedang. Tetapi
Hamzah bin Abdul-Muttalib menyela: "Izinkan dia masuk. Kalau kedatangannya
dengan tujuan yang baik, kita sambut dengan baik; kalau bertujuan jahat, kita
bunuh dia dengan pedangnya sendiri. Ketika itu Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa
sallam berkata: "Izinkan dia masuk." Sesudah diberi izin Rasulullah
berdiri menemuinya di sebuah ruangan. Digenggamnya baju Umar kemudian
ditariknya kuat-kuat seraya katanya: "Ibn Khattab, apa maksud
kedatanganmu? Rupanya Anda tidak akan berhenti sebelum Allah mendatangkan
bencana kepada Anda!"
"Rasulullah," kata Umar, "saya
datang untuk menyatakan keimanan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya serta segala
yang datang dari Allah." Ketika itu juga Rasulullah bertakbir, yang oleh
sahabat-sahabatnya sudah dipahami bahwa Umar masuk Islam.
Keislaman Umar sangat menggencarkan masyarakat pada
masanya, karena Umar adalah orang yang sangat membenci dan menentang ajaran
Islam, tetapi Allah berkehendak lain, Beliau mendapatkan hidayah lewat adiknya
Fatimah Binti Khattab. Ketika rasulullah wafat setelah sakit dalam beberapa
minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul
Awal, 10 Hijriah), di Madinah. Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang
melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia
berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh
kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu.
Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar
itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain
dan lantas mengatakan. "Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah
Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah
hidup selalu tak pernah mati."
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا
رَسُولٌۭ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ
ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن
يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًۭٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat
atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke
belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun,
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat
Ali 'Imran ayat 144)
E. Sejarah pengangkatan Umar bin Khatthab menjadi Khalifah
Pada musim panas tahun 364 M Abu Bakar menderita sakit dan akhirnya wafat pada
hari senin 21 Jumadil Akhir 13 H/22Agustus 634 M dalam usia 63 tahun.
Sebelum beliau wafat telah menunjuk Umar bin Khatab
sebagai penggantinya sebagai khalifah. Penunjukan ini berdasarkan pada kenangan
beliau tentang pertentangan yang terjadi antara kaum Muhajirin dan Ansor. Dia
khawatir kalau tidak segera menunjuk pengganti dan ajar segera dating, akan
timbul pertentangan dikalangan umat islam yang mungkin dapat lebih parah dari
pada ketika Nabi wafat dahulu.
Dengan demikian, ada perbedaan antara prosedur
pengangkatan Umar bin Khatab sebagai khalifah dengan khalifah sebelumnya yaitu
Abu Bakar . Umar mendapat kepercayaan sebagai khalifah kedua tiddak melalui
pemilihan dalam system musyawarah yang terbuka, tetapi melalui penunjukan atau
watsiat oleh pendahulunya (Abu Bakar).
Ketika Abu Bakar merasa dirinya sudah tua dan ajalnya sudah dekat.yang
terlintas difikirannya adalah siapa yang akan menggantikannya sebagai khalifah
kelak. Abu Bakar minta pendapat kepada para tokoh sahabat seperti Usman bin
Affan, Ali bin Abithalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Usaid
bin Khudur mereka menyetujui usulan Abu Bakar bahwa Umar bin Khattab akan
diangkat sebagai penggantinya. Setelah Abu Bakar wafat, para sahabat membai’at
Umar sebagai khalifah.
Hal ini dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian
politik antar umat Islam sendiri. Beliau khawatir kalau pengangkatan itu
dilakukan melalui proses pemilihan pada masanya maka situasinya akan menjadi
keruh karena kemungkinan terdapat banyak kepentingan yang ada diantara
mereka yang membuat negara menjadi tidak stabil sehingga pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan Islam akan terhambat.
Pada saat itu pula Umar di bai’at oleh kaum muslimin, dan
secara langsung beliau diterima sebagai khalifah yang resmi yang akan menuntun
umat Islam
Sebelum beliau wafat telah menunjuk Umar bin Khatab
sebagai penggantinya sebagai khalifah. Penunjukan ini berdasarkan pada kenangan
beliau tentang pertentangan yang terjadi antara kaum Muhajirin dan Ansor. Dia
khawatir kalau tidak segera menunjuk pengganti dan ajar segera dating, akan
timbul pertentangan dikalangan umat islam yang mungkin dapat lebih parah dari
pada ketika Nabi wafat dahulu.
Dengan demikian, ada perbedaan antara prosedur pengangkatan Umar bin Khatab
sebagai khalifah dengan khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar . Umar mendapat
kepercayaan sebagai khalifah kedua tiddak melalui pemilihan dalam system
musyawarah yang terbuka, tetapi melalui penunjukan atau watsiat oleh
pendahulunya (Abu Bakar).
Ketika Abu Bakar merasa dirinya sudah tua dan ajalnya
sudah dekat.yang terlintas difikirannya adalah siapa yang akan menggantikannya
sebagai khalifah kelak. Abu Bakar minta pendapat kepada para tokoh sahabat
seperti Usman bin Affan, Ali bin Abithalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin
Ubaidillah, Usaid bin Khudur mereka menyetujui usulan Abu Bakar bahwa Umar bin
Khattab akan diangkat sebagai penggantinya. Setelah Abu Bakar wafat, para
sahabat membai’at Umar sebagai khalifah.
Hal ini dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian politik antar umat Islam
sendiri. Beliau khawatir kalau pengangkatan itu dilakukan melalui proses
pemilihan pada masanya maka situasinya akan menjadi keruh karena kemungkinan
terdapat banyak kepentingan yang ada diantara mereka yang membuat negara
menjadi tidak stabil sehingga pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam
akan terhambat.
Pada saat itu pula Umar di bai’at oleh kaum muslimin, dan
secara langsung beliau diterima sebagai khalifah yang resmi yang akan menuntun
umat Islam
penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di
dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi
yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian
selatan.
Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan
Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pean Qadisiyyah ( 636), di dekat
sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi
Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang
terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama
terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar
diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk
salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat
ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian,
Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat
kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang
baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh
wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan
merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga
memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih
mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup
sangat sederhana.
Pada sekitar tahun
ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan
bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khtthab,
yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni,
dan agama.
Perkembangan Politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan stabil,
usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Karena perluasan
daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang
terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh
Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar.
Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan
sampai menjadi peperangan. Kekuasaan Islam sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia
dari tangan dinast Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran
sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah,
Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masa Umar bin
khatab mulai dirintis tata cara menata struktur pemerintahan yang bercorak
desentralisasi. Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola oleh pemerintahan
pusat dan pemerintahan propinsi.
Jadi dapat disimpulkan, keadaan agama Islam pada masa
Umar bin Khatthab sudah mulai kondusif, dikarenakan karena kepemimpinannya yang
loyal, adil, dan bijaksana. Pada masa ini Islam mulai merambah ke dunia luar,
yaitu dengan menaklukan negara-negara yang kuat, agar islam dapat tersebar
kepenjuru dunia.
G. Menengok
Kembali Kepemimpinan Umar bin Khattab r.a
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat
meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As
Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau
berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam
masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan
penting dilakukan Islam.
Tak
lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah,
pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian
Kekaisaran Byzantium.
Dalam
pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan
Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua
tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh
Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama
Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah
kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan
dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di
bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab
naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya
tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641,
seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam.
Dan
bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam
pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir
kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian
besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti
tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan
Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika
Utara.
Selain
pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu
diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya
ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh
penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab
lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa
Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu.
Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru,
seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah
sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan
orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan
lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan,
membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan,
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 80 kali
cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan
juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan
tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau
berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat
Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat
dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal
waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas
berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya
berkata,
”Umar
bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai
Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah
yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak
akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang
memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah
seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda
pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi
menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum’at hanya menunggu bajunya
kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan
dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa
tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab
sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat.
Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan
pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat
ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin
Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf.
Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak
mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki
kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka
(keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh
Nabimu.
G. Wafatnya Umar bin Khatthab
Setelah menjalankan pemerintahan selama 10 tahun, khalifah Umar bin
Khattab meningga akibat dibunuh oleh seorang Majusi bernama Abdul Mughirah yang
biasa dipanggil Abu Lu’luah karena merasa tidak puas terhadap jawaban
Umar ketika mengadu tentang besarnya jumlah pajak yang harus dibayar.
Setelah Umar bin Khattab wafat Majelis Permusyawaratan
tadi mengadakan pemilihan di rumah al-Miswar bin Marhamah,
kecuali Thalhah bin Abdillah yang tidak dapat hadir pada
saat itu. Dalam pemilihan itu akhirnya pendapat tertuju kepada Utsman bin Af
fan dan jadilah beliau sebagai khalifah yang ketiga dan menjabat selama ± 12
tahun (644-656M).
Orang yang membunuh Umar adalah seorang Majusi bernama Abdul Mughirah yang
biasa dipanggil Abu Lu’lu’ah. Disebutkan bahwa ia membunuh Umar karena ia
pernah datang mengadu kepada Khalifah Umar tentang berat dan banyaknya kharaj
(pajak) yang harus dia keluarkan, tetapi Khalifah Umar menjawab, “Kharajmu
tidak terlalu banyak.” Dia kemudian pergi sambil menggerutu, “Keadilannya men
jangkau semua orang kecuali aku.” Ia lalu berjanji akan membunuhnya.
Dipersiapkanlah sebuah pisau belati yang telah diasah dan diolesi dengan racun
-orang ini adalah ahli berbagai kerajinan- lalu disimpan di salah satu sudut
masjid.
Tatkala Khalifah Umar berangkat ke masjid seperti
biasanya menunaikan shalat subuh, langsung saja ia menyerang. Dia menikamnya
dengan tiga tikaman dan berhasil merobohkannya. Kemudian setiap orang yang
berusaha mengepung dirinya diserangnya pula. Sampai ada salah seorang yang
berhasil menjaringkan kain kepadanya. Setelah melihat bahwa dirinya terikat dan
tidak bisa ber kutik, dia membunuh dirinya dengan pisau belati yang dibawanya.
Itulah berita yang disebutkan para perawi tentang pembunuhan Umar Radhiyallahu
‘anhu. Barangkali di balik peristiwa pembunuhan ini terdapat konspirasi yang
dirancang oleh banyak pihak di antaranya orang-orang Yahudi, Majusi, dan
Zindiq. Sangat tidak mungkin per buatan kriminal ini dilakukan semata-mata
karena kekecewaan pribadi karena banyaknya kharoj yang harus dikeluarkannya.
Wallahu a’lam.
Ketika diberitahukan bahwa pembunuhnya adalah Abu Lu’lu’ah, Khalifah Umar
berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan
orang yang mengaku Muslim.” Umar kemudian berwasiat kepada putranya, “Wahai
Abdullah, periksalah utang- utangku!”
Setelah dihitung, ternyata Umar mempunyai utang
sejumlah 86.000 dirham. Khalifah Umar lalu berkata, “Jika harta keluarga Umar
sudah mencukupi, bayarlah dari harta mereka. Jika tidak mencukupi, pintalah
kepada bani Addi. Jika harta mereka juga belum mencukupi, mintalah kepada
Quraisy.” Selanjutnya Umar berkata kepada anaknya, “Pergilah menemui Ummul
Mu’minin Aisyah! Katakan bahwa Umar meminta izin untuk dikubur berdampingan dengan
kedua sahabatnya.
(maksudnya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu
Bakar Radhiyallahu ‘anhu).” Mendengar permintaan ini, Aisyah Radhiyallahu ‘anha
menjawab, “Sebetulnya tempat itu kuinginkan untuk diriku sendiri, tetapi
biarlah sekarang kuberikan kepadanya.” Setelah hal ini disampaikan kepadanya,
Umar langsung memuji Allah.
1.
Jika engkau menemukan cela pada
seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu
lebih banyak darinya.
2.
Bila engkau hendak memusuhi
seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih
berbahaya terhadapmu selain perut.
3.
Bila engkau hendak memuji seseorang,
pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi
kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
4.
Jika engkau ingin meninggalkan
sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau
meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5.
Bila engkau bersiap-siap untuk
sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk
mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6.
Bila engkau ingin menuntut sesuatu,
maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan
mencarinya.
I. Sejarah Lahirnya Islam di Indonesia
Islam
merupakan salah satu agama
besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya
ialah Muhammad.
Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada
saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan
kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran
nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah.
Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya
merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar
tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari
lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622.
Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad mendirikan wilayah
kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam.
Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.
Setelah Muhammad wafat pada
tahun 632, proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang
ditunjuk Muhammad.
Sampai tahun 750, wilayah Islam
telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia,
Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan
daerah-daerah
di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu
kota Damaskus.
Pada tahun 750, Bani Umayyah
dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258
dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasan
wilayah kekuasaan.
24
Konsentrasi lebih pada
pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi
pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Setelah pemerintahan Bani
Abbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak
wilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara
perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur
hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap
orang untuk memeluknya.
J. Proses Masuk
dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Sejarah
mencatat
bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan
kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya
bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut.
Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan
para mubaligh.
a. Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama
Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang peranan penting dalam proses penyebaran
agama Islam, baik pedagang
dari luar Indonesia
maupun para pedagang Indonesia.
Para pedagang itu datang dan berdagang
di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit
para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak
dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
25
Mereka tinggal di tempat-tempat
tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat
menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta
antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan
adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan
juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para
pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya
beragama Islam. Mereka mengenalkan agama
dan budaya
Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah
ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama
Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam
di daerah
pesisir.
Penduduk setempat yang telah
memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga
kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat
Indonesia.
Di samping itu para pedagang dan
pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga
lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus selama
bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah
kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir
kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
b. Peranan Para
Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam
ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam
juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama
pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan
dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan
pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan
jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping
itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana
pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama
Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai
tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat
dengan kalangan istana.
Merekalah orang yang memberikan
pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat
sultan.
Karena dekat dengan kalangan
istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung
tinggi).
Kesembilan wali tersebut adalah
seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah
wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di
sekitar Gresik.
Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam
di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid
Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan
Ampel. Menyiarkan agama
di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari
Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat
bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said).
Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin,
pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan
lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di
luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama
dengan metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam
di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan
Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan
Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sangat dekat dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).
Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa
besar.
K. Kapan dan dari
mana Islam Masuk ke Indonesia
Sejarah
mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah
memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan
tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia
menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai
kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya
bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman
Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman
pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13
Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan
perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada
tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat
pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik
al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke
timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini
menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut
perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan
Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui
pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti
Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di
Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan
Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping
itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di
Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di
Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun
1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk
melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif
Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat
ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam
tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad
ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya
Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno.
Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui
Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama
dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan.
Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh
Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti
kedatangan Islam
ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434
M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui
raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat
pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam
ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun
1603.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik
tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para
sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin
merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi
pertanyaan adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya.
Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita melihat kembali dan mengkaji kembali
bagaimana sejarah islam yang sebenarnya.
Apabila orang berbicara tentang keadilan yang murni tanpa cacat, orang akan
teringat pada keadilan Umar. Jika berbicara tentang kejujuran, tanpa
membeda-bedakan keluarga dekat atau bukan, maka orang akan teringat pada
kejujuran Umar, dan jika ada yang berbicara tentang pengetahuan dan hukum agama
yang mendalam, orang akan teringat pada Umar. Kita membaca tentang itu semua
dalam buku-buku sejarah dan banyak orang yang mengira bahwa hal itu
dilebih-lebihkan sehingga hampir tak masuk akal, karena memang lebih menyerupai
mukjizat yang biasa dihubungkan kepada para nabi, bukan kepada orang-orang
besar yang sekalipun kehebatannya sudah terkenal. Tak lain penyebabnya karena
berdirinya Kedaulatan Islam itu pada masanya. Umar memimpin Muslimin
menggantikan Abu Bakr dengan kekuatan yang besar meliputi berbagai macam
bangsa, golongan, ras dan kebudayaan yang beraneka warna.
Saran
Islam merupakan salah satu Agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan
berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah muhammad. Agama ini lahir salah satunya sebagai
reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup
dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak
lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan
manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan,
perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.
Dari
uraian singkat diatas, dapat kita simpulkan bahwa agama Islam memang merupakan
agama yang menjadi tonggak besar segala perubahan dan perkembangan yang terjadi
di seluruh wilayah dunia, baik dalam bidang keduniaan maupun kerohanian
manusia. Serta perjuangan Rosulullah SAW dan para sahabat dalam penyebaran
agama Islam, amatlah besar peranannya dalam perkembangan Islam.
Tak dapat kita pungkiri, bahwa
perjuangan mereka tidaklah semudah membalikan telapak tangan, banyak tantangan
dan rintangan mereka hadapi demi membela dan meyebarkan ajaran agama Islam,
sekalipun nyawa menjadi taruhannya.
Maka
dengan itu, kita sebagai manusia, umat nabi Muhammad SAW haruslah wajib
meneruskan perjuangan yang dulu telah di contohkan oleh beliau dan para sahabat
dalam perjuangan membela Islam.
Perjuangan ini tidaklah harus
dengan berperang, melainkan dengan cara kita mengikuti segala amalan dan
perbuatan beliau dan menjauhi apa-apa yang beliau larang, baik itu ynag
tercantum dalam Al-qur’an maupun Al-hadist.
DAFTAR PUSTAKA
http://majelispenulis.blogspot.com/2012/09/sejarah-peradaban-islam-masa-umar-bin.htm (diunduh, 5 September
2012)
http://majelispenulis.blogspot.com/2012/09/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-umar-bin.htm.com (diunduh,
5 September 2012)
http://
Rudi Al-Fakir 07:01.blogspot.com/2012/09/sejarah-peradaban-islam-masa-umar-bin.htm (diunduh, 5 September
2012)
www.Google//.Terjemahan.com
www. KamusBahasaArab.com
www.KamusBesarBahasaIndonesia.com
www.Wikpedia.com
Yatim, badri. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta : PT Rajawali Grafindo Persada


Tidak ada komentar:
Posting Komentar